وَابْتَغِ فِيْمَا ءَاتىكَ اللَّهُ الدَّار الأَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنيَا وَاَحْسِنْ كَمَا اَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُ الْمُفْسِدِيْنَ


Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagian) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada yang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al Qashash/28 : 77).



Tatkala kita mengerjakan sholat subuh pada pukul 06.00 kita merasa biasa saja tidak ada rasa bersalah tidak takut oleh azab allah yang pedih. Namun sebaliknya ketika kita terlambat masuk sekolah merasa takut di hukum oleh pihak sekolah. Dan kemudian tidak akan mengulangi lagi keterlambatan masuk sekolah.
Itulah ketidak seimbangan kita dalam menjalankan hidup ini, terkesan lebih mementingkan perkara dunia dari pada perkara yang utama yaitu akhirat. Karena akhiratlah tempat kita kembali. Padahal nabi pernah bersabda :


مَنْ جَعَلَ الْهُمُوْمَ هَمًّا وَاحِدًا،هَمَّ آخِرَتِهِ، كَفَاهُ الله هَمَّ دُنْيَاهُ، وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُوْمُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُباَلِ اللهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ

Artinya : “Barang siapa menjadikan keinginannya satu keinginan saja, keinginan akhiratnya, maka Allah akan mencukupi keinginan-keinginan dunianya. Barangsiapa yang keinginan-keinginanya dalam perkara –perkara dunia bercabang- cabang, maka Allah tidak peduli di lembah dunia yang mana dia akan binasa.

Sangat jelas sekali hadis yang di sebutkan oleh rosulullah di atas “barang siapa yang menjadikan keinginan untuk akhirat maka dunianya akan mengikuti” itulah perlunya kita tidak condong lebih mementingkan dunia saja, tapi akhirat lah yang paling pokok, namun jangan sampai melupakan dunia karena, dunia adalah ladang amal yang harus selalu kita garap untuk menuju ke akhirat.


Semoga ini menjadi renungan kita bersama, jazakumullah khairan katsira.